Minggu, 13 Juli 2014

Balada di Tengah Perjalanan Dengan Pendosa Yang Berteori

By @chynsetyo


Suatu hari ketika kau berjalan lunglai dan menebus beribu siluet sekalipun, bahkan kau mampu mencerna atom sampai ke bagian terkecilnya, proton, neutron, elektron. Kau menggapai - gapai cincin - cincin asap di kasat mata dan nampak bagai rasi orion di belenggu galaksi. Karena jika kau berkata tak ada dusta yang mampu kau bayar, satu sukmanya menari dihadapan :

'Kau ada karena kau memang ada. Jadilah, bisanya kau berdiri, maka berdirilah,'

Satu - persatu sel - sel mencapai puncak, trombosit mengatur alur, organ bekerja seimbang. Suatu saatnya datang, segalanya akan terbanting jauh ke lubang terdalam. Yang kau pikirkan, sejatinya, Auguste Comte jangan menilai ini, ia sosiologi pandai yang menjiwai dunia, tak perlu ternodai dosa - dosamu yang menggunung. Akhirnya, kau tak berdaya. Terombang - ambing di tepian gulita kelam. Tak membagi diri, meletup memenuhi antar ruang. Atmosfer takkan membeda, sama seperti terakhir kau tiada.

Lalu sama bagaimananya, kau berpikir, 'Yang kutahu, hanya orang jahat yang berbuat kejahatan. Lalu alaminya, orang teladan pun mampu berbuat jahat. Karena hasrat hewani mereka akan membuas, menguji segala ilmu sebagai bahan percobaan.'

Kau pun mengerti, jiwamu tak peduli akan deduksi, induksi, otakmu bahkan tak dapat mencerna pendekatan kuantitatif. Kau bukanlah seorang informan, kau hanyalah raga berkukuh animo padan.

Karena jelasnya, kau berjalan, beriring di tiap gamang ruas - ruas tiga matra. Akibatnya, kau mati didalam perang dan pasrah saat akhir, ketika kau menyadari. 'Aku telah berjuang'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar